Bahan Tambahan Pangan, Texture Enhancer
Oleh : Amar Ma'ruf
A.
Pengertian Bahan Tambahan Pangan
Makanan memiliki arti penting dalam
kehidupan manusia. Selain menyediakan zat-zat yang diperlukan untuk sumber
tenaga dan pertumbuhan, makanan juga menyediakan zat-zat yang diperlukan untuk
mendukung kehidupan tubuh yang sehat. Karena itu untuk meningkatkan kehidupan
manusia diperlukan adanya persediaan makanan yang memadai baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Segi kualitas, selain mengandung semua zat yang
diperlukan oleh tubuh, makanan juga harus memenuhi syarat keamanan.
Makanan
yang aman merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Dalam Undang-undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang pangan, keamanan pangan
didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan
dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, benda-benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Penyakit yang
ditimbulkan karena pangan yang tercemar telah menjadi masalah di Dunia. Kasus
keracunan makanan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam
pembuatan makanan, selain bahan baku untuk tujuan-tujuan tertentu sering
digunakan bahan-bahan lain sebagai bahan tambahan, yaitu yang secara umum
disebut bahan tambahan Pangan (BTP). Bahan Tambahan Pangan adalan bahan
atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan,
tetapi diambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan,
antara lain pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan
pengental.
B.
Penggolongan Bahan Tambahan Pangan
Penggolongan BTP yang diizinkan digunakan pada pangan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
722/Menkes/Per/IX/88 adalah sebagai berikut :
1.
Pewarna, yaitu BTP yang
dapat memperbaiki atau member warna pada pangan.
2.
Pemanis buatan, yaitu BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada pangan, yang tidak atau hamper tidak mempunyai nilai gizi.
3.
Pengawet, yaitu BTP
yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau peruaian lain pada pangan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba.
4.
Antioksida, yaitu BTP
yang dapat mencegah atau menghambat proses
oksidasi lemak sehingga mencegah terjadinya ketengikan.
5.
Anti kempal, yaitu BTP yang
dapat mencegah mengempalnya
(menggumpalnya) pangan yang berupa serbuk seperti tepung atau bubuk.
6.
Penyedap rasa dan
aroma, menguatkan rasa, yaitu BTP yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa aroma.
7.
Pengatur keasaman (pengasam,
penetral dan pendapar) yaitu BTP
yang dapat mengasamkan,
menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman pangan.
8.
Pemutih dan pematang tepung, yaitu BTP yang
dapat mempercepat
proses pemutihan dan atau pematang tepung sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan.
9.
Pengemulsi, pemantap dan pengental yaitu BTP yang dapat membantu terbentuknya dan memantapkan system dipersi yang homogeny pada pangan.
10. Pengeras,
yaitu BTP yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya pangan.
11. Sekuestran,
yaitu BTP yang dapat mengikat
ion logam yang ada dalam pangan, sehingga memantapkan warna, aroma dan tekstrur.
C.
Texture Enhacer
Texture Enhancer adalah bahan tambahan makanan yang
ditambahkan dengan tujuan untuk memberi tekstur pada makanan untuk menambah
nilai padamakanan. Texture enhancer terdiri dari beberapa jenis yaitu
pengenyal, anti kempal, pengeras, perenyah, pelembut.
1.
Pengenyal
Bleng atau boraks masih banyak
digunakan bebas oleh masyarakat Indonesia untuk ditambahkan pada makanan,
karena bleng memiliki harga yang relatif murah sehingga masyarakat tetap terus
untuk menggunakan bahan tambahan tersebut. Menteri Kesehatan menyatakan bahwa
penggunaan bleng berbahaya dan dilarang sebagai bahan dalam pembuatan produk
makanan. Adanya dampak buruk bagi kesehatan jika mengkonsumsi boraks, sehingga
perlu adanya pengganti boraks pada pembuatan produk makanan agar lebih aman dikonsumsi oleh
masyarakat dan tidak merubah karakteristik asli dari produk makan tersebut.
Bahan tambahan makanan yang dapat
menggantikan boraks adalah STPP (Sodium Tripolyphosphate). STPP tersebut
aman untuk digunakan dalam pembuatan produk makanan. Selain itu juga STPP
mempunyai fungsi yang sama dari bleng/boraks tersebut. Jadi STPP tidak merubah
fungsi bleng/boraks pada produk makanan. STPP (Sodium Tripolyphosphate)
digunakan sebagai bahan pengikat air agar air dalam adonan tidak mudah menguap
sehingga permukaan adonan tidak cepat mengering dan mengeras. Sodium
tripolifosfat dapat digunakan untuk menggantikan penggunaan boraks pada
makanan. STPP mempunyai tekstur kecil-kecil halus seperti garam, STPP bereaksi
dengan pati. Ikatan antara pati dengan fosfat diester atau ikatan silang antar
gugus hidroksil (OH), akan menyebabkan ikatan pati menjadi kuat, tahan terhadap
pemanasan, dan asam sehingga dapat menurunkan derajat pembengkakan granula, dan
meningkatkan stabilitas adonan. STPP dapat menyerap, mengikat dan menahan air,
meningkatkan Water Holding Capacity (WHC), dan keempukan. Perbandingan STPP dan
bleng (boraks) adalah STPP lebih aman untuk digunakan dalam makanan dan
penggunaannya diatur dalam Permenkes No. 722/MenKes/Per/IX/1988. Menurut FDA
(Food and Drug Administration) penggunaan alkali fosfat adalah 0,5 % pada
produk. Penggunaan melebihi dosis 0,5% akan menurunkan penampilan produk, yaitu
terlalu kenyal seperti karet dan terasa pahit. Selain itu untuk mendapatkan
STPP cukup mudah yaitu di pasar dengan harga yang relatif murah yaitu Rp.2000,-
/ 200 gram, sehingga masyarakat tidak akan kesulitan untuk mendapatkan STPP
tersebut.
2.
Anti Kempal
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan, yang dimaksud antikempal
adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah mengempalnya pangan berupa
serbuk juga mencegah mengempalnya pangan yang berupa tepung. Bahan tambahan ini biasanya ditambahkan pada makanan
yang berbentuk serbuk, misalnya garam meja atau merica bubuk dan bumbu lainnya
agar pangan tersebut tidak mengempal dan mudah dituang dari wadahnya.
Antikempal merupakan senyawa anhydrous yang
dapat menyerap air tanpa menjadi basah. Bahan tersebut ditambahkan ke dalam
produk berupa granula atau bubuk yang mempunyai sifat higroskopis, misalnya
garam meja, lada bubuk, bubuk untuk pembuatan roti, dan lain sebagainya. Secara
umum antikempal dapat berfungsi karena mudah menyerap air dengan melapisi
partikel-partikel bubuk yang menyebabkan penolakan penyerapan air atau bubuk
dan atau karena bahan tersebut tidak dapat larut air. Antikempal dapat berupa garam anhydrous atau
zat yang dapat menyerap air karena pengikatan di permukaan, tetapi dia sendiri
tetap mudah dicurahkan atau dapat dibuat dalam keadaan yang diperlukan dengan
perlakuan fisik. Banyaknya
garam anhydrous bersifat polimorfi, yaitu dapat berada dalam
bentuk kristal. Pada keadaan ini zat tersebut menyimpan energy yang rendah
dengan ikatan antar atom yang kuat. Keadaan tersebut berubah pada waktu terjadi
perubahan dari suatu bentuk kristal ke bentuk kristal yang lain.
Menurut daftar dari FAO/WHO lebih dari 20 zat dapat
digunakan sebagai antikempal, dan dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Garam
stearat yang diujikan penggunaannya ialah garam-garam aluminium, ammonium
2. Kalium
fosfat
3. Kalium
dan natrium ferosianida
4. Magnesium
oksida
5. garam
asam silikat dari aluminium, magnesium, kalsium, dan campuran aluminium.
Senyawa-senyawa tersebut pada kelompok 1, 2, dan 3
dapat berbentuk hidrat. Kelompok 4 dan 5 dapat menyerap air. Magnesium oksida
dan garam-garam silikat harus disiapkan khusus untuk memperoleh bentuk yang
dapat menyerap air. Garam-garam
kalsium dan magnesium asam lemah rantai panjang (diproses dari lemak sapi),
banyak digunakan sebagai antikempal pada bubuk sayuran kering, garam dapur,
bubuk campuran garam dapur dengan bawang, dan lain-lain. Kalsium stearat
bersifat tidak dapat larut dalam ai, tetapi tidak dapat melekat dengan baik
pada partikel bubuk sehingga dapat mendorong sifat penolakan terhadap air. Kalsium stearat [Ca(C18H35O2)2] digunakan untuk mencegah penggumpalan
roti (sampai 0,5%), garam meja (sampai 2%), dan dalam beberapa jenis pangan
lainnya. Kalsium stearat yang digiling halus dapat menyerap air sampai 2,5 kali
beratnya, sedangakan sifatnya yang mudah dicurahkan tetap. Kecuali dapat
menyerap air, kalsium silikat dapat menyerap minyak dan beberapa jenis senyawa
organic non polar. Sifat-sifat ini banyak dimanfaatkan untuk mempertahankan
sifat kemudahcurahan bubuk adonan kering dan beberapa bubuk bumbu-bumbu atau
bubuk rempah-rempah yang mengandung minyak esensial bebas Dikalsium fosfat, dimagnesium fosfat, serta campuran
aluminium fosfat dan trikalsium fosfat dapat digunakan untuk mencegah
pengempalan bubuk bumbu penyedap. Trikalsium fosfat digunakan dalam bubuk
minuman sebanyak kurang lebih 1%.
Anti kempal lain yang umum digunakan dalam industry
pangan adalah natrium silikoaluminat, magnesium silikat, dan magnesium
karbonat. Semuanya tidak larut dalam air, tetapi dapat menyerap air dengan
kemampuan yang berbeda-beda.
Karakteristik
Anti Kempal
Secara garis besar karakteristik
antikempal adalah:
1. Berupa
senyawa anhydrous yang dapat menyerap tanpa menjadi basah.
2. Anti
kempal harus mudah dicurahkan.
3. Berupa
bahan anorganik alami yang tidak dalam keadaan bentuk Kristal penuh.
4. Dapat
dibuat dalam keadaan yang diperlukan dengan perlakuan fisik
Produk yang Menggunakan Anti Kempal
No.
|
Jenis/Bahan Makanan
|
Nama Bahan Tambahan Makanan
|
1.
|
Susu Bubuk
|
Alumunium Silikat
Kalsium Silikat
Magnesium Kalsium Silikat
Silikon Dioksida Amorf
|
2.
|
Krim Bubuk
|
Alumunium Silikat
Kalsium Silikat
Natrium Alumino Silikat
Silikon Dioksida Amorf
|
3.
|
Garam Meja
|
Kalsium Alumunium Silikat
Natrium Alumino Silikat
Silikon Dioksida Amorf
|
4.
|
Serbuk Garam Dengan Rempah Atau Bumbu Merica
|
Kalsium Alumunium Silikat
Natrium Alumino Silikat
Silikon Dioksida Amorf
|
5.
|
Dextrosa Bubuk (Tanpa Pati), Gula Bubuk (Tanpa Pati)
|
Kalsium Alumunium Silikat
Miristat, Palmitat dan Stearat dalam
bentuk Garam A1, Ca , Na ,K, NH4
Silikon Dioksida Amorf
|
6.
|
Kaldu Bubuk
|
Miristat, Palmitat dan Stearat dalam
bentuk Garam A1, Ca, Na, K, NH4
Natrium Alumino Silikat
Silikon Dioksida Amorf
Trikalsium Fosfat
|
3.
Pengeras
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/ 1988 tentang Bahan Tambahan makanan, BTP pengeras adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan.
BTP pengeras atau firming agent dapat diaplikasikan pada proses pembuatan acar ketimun, sayuran, buah dalam kaleng, daging dan ikan dalam kaleng serta jem dan jeli sehingga diharapkan tekstur makanan tersebut masih tetap terjaga lebih renyah (crispy) dan tidak menjadi lunak
selama proses.
Banyak penelitian tentang bagaimana mempertahankan tekstur buah-buahan dan sayuran berkaitan erat dengan tinggi dan rendahnya kandungan kalsium didalam sel-sel jaringannya. Semakin rendah kandungan kalsiumnya, buah dan sayuran akan lebih cepat lunak dan layu.
Penambahan kalsium banyak diaplikasikan pada buah dan sayuran sebelum dan sesudah panen untuk menunda proses
pematangan. Disamping itu, proses
pengerasan dan ketahanan terhadap proses
pelayuan dihasilkan dari kestabilan system membrane dan pembetukan kalsium pektat (Ca-Pectates) yang akan menambah pengerasan pada dinding sel dan penguatan pada kulit buah dan sayuran.
Salah satu bahan pengeras yang diijinkan yaitu kalsium klorida dapat ditambahkan dengan kombinasi proses
pemanasan untuk buah dan sayuran dalam kaleng. Pada proses
panas, molekul COO- akan terbentuk dari pektin yang terkandung pada buah dan sayuran selanjutnya dengan Ca2+ akan membentuk lapisan garam saling bersilangan. Lapisan garam ini menyebabkan dinding sel buah akan terlindungi dari enzim-enzim yang
menyebabkan proses pelayuan dan matang.
Bahan-bahan tambahan makanan diizinkan sebagai bahan pengeras diantaranya :
1.
Aluminium Amonium Sulfat
2.
Aluminium Kalium Sulfat
3.
Aluminium Natrium Sulfat
4.
Aluminium Sulfat (Anhidrat)
5.
Kalsium Glukonat
6.
Kalsium Karbonat
7.
Kalsium Klorida
8.
Kalsium Laktat
9.
Kalsium Sitrat
10.
Kalsium Sulfat
11.
Monokalsium Fosfat
4.
Pelembut (emulsifier)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/ 1988 tentang Bahan Tambahan makanan, BTP
Pengemulsi, pemantap dan pengental yaitu BTP yang dapat membantu terbentuknya dan memantapkan system dipersi yang homogeny pada pangan.
Berikut contoh emulsifier kue yang
cukup dikenal di Indonesia bahkan kita lebih sering menggunakan merk daging
produk ini sebagai nama lain emulsifier.
-
Ovalete adalah bahan stabilisator
kue yang berwarna kuning dengan bentuk pasta lembut yang dapat mengempukkan
adonan kue. Komposisi bahan dari ovalet adalah mono dan digliserida.
-
TBM merupakan emulsifier yang
serbaguna, dapat digunakan untuk berbagai jenis kue. Bahan pembuatnya sama
dengan ovalet yaitu digliserida yang didapat dari asam lemak hewani dan nabati.
-
SP Ryoto mengandung gliserida yang
berguna untuk menstabilkan adonan dan mampu mengikat udara dengan sempurna
sehingga dapat menghasilkan kue yang lembut. Dibuat dari Ester yang diambil
dari asam lemak seperti asam stearat, palmitic, dan oleic
-
Sponge 28 dibuat dengan mengekstrasi
gula tebu dan gula bit, jadi tidak perlu khawatir mengkonsumsi. Kadar gula yang
tinggi dalam bahan ini mampu memberikan pengembangan secara maksimalnya. Paling
sering digunakan pada pembuatan bolu.
-
Sarkernies Emulsifier
satu ini berwarna putih sehingga sangat tepat jika anda menginginkan membuat
kue yang cerah.
Selain BTP yang tercantum dalam Peratuan Mentri tersebut, masih ada beberapa BTP lainnya
yang biasa digunakan dalam pangan, misalnya:
1.
Enzim, yaitu BTP yang
berasal dari hewan, tanaman atau mikroba, yang dapat menguraikan secara enzimatis, misalnya membuat pangan menjadi lebih empuk, lebih larut dan lain-lain.
2.
Penambah gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam
amino, mineral atau vitamin, baik tunggal maupun campuran, yang dapat meningkatkan nilai gizi pangan.
3.
Humektan, yaitu BTP
yang dapat menyerap lembab (uap air)
sehingga mempertahankan kadar air pangan.
Tips
Mudah Untuk Mengetahui Makanan yang Mengandung Boraks
1. Mie
basah: Teksturnya kenyal,
sangat mengkilat,
tidak lengket,
dan tidak mudah putus.
2. Bakso : Teksturnya sangat kenyal, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging, dan lebih cenderung berwarna keputihan.
3. Jajanan,
misalnya lontong
yang mengandung boraks:
teksturnya sangat kenyal, rasanya tajam, sangat gurih serta terasa getar dan getir pada lidah.
4. Kerupuk mengandung boraks: teksturnya renyah , juga bias menimbulkan rasa getir atau getar pada lidah.
Akan tetapi, makanan yang telah diberi boraks sebenarnya masih sangat sulit untuk dibedakan. Beberapa makanan dapat diketahui dengan pasti, setelah dilakukan uji khusus boraks di laboratorium.
No comments:
Post a Comment