Popular Posts

Friday, April 27, 2018

Industri Pengalengan Ikan (Definisi, Tehnik Pengalengan, Tahap Pengalengan)


 Industri Pengalengan Ikan

Oleh : Amar Ma'ruf



A.    Definisi Pengalengan Ikan
Pengalengan yaitu salah satu cara penyimpanan dan pengawetan bahan pangan yang dikemas secara hermetis dalam suatu wadah yang disebut can (kaleng) dan kemudian disterilkan, sehingga diperoleh produk pangan yang tahan lama dan tidak mengalami kerusakan baik fisik, kimia maupun biologis. Ikan merupakan salah satu komoditi hasil yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia karena beberapa kelebihannya. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat potensial dan biasanya kandungan protein sekitar 15-24% tergantung dari jenis ikannya. Protein ikan mempunyai daya cerna yang sangat tinggi yaitu sekitar 95%. Ikan segar merupakan salah satu komoditi yang mudah mengalami kerusakan (high perishable food). Kerusakan ini dapat disebabkan oleh proses biokimiawi maupun oleh aktivitas mikrobiologi. Kandungan air hasil perikanan pada umumnya tinggi mencapai 56,79% sehingga sangat memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi biokimiawi oleh enzim yang berlangsung pada tubuh ikan segar. Sementara itu, kerusakan secara mikrobiologis disebabkan karena aktivitas mikroorganisme terutama bakteri. Kandungan protein yang cukup tinggi pada ikan menyebabkan ikan mudah rusak bila tidak segera dilakukan pengolahan dan pengawetan. Pengawetan bertujuan untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan tersebut. Salah satu usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet pada produk ikan adalah dengan pengalengan ikan.

B.     Tehnik Pengalengan Ikan
Teknik pengawetan pangan yang dapat diterapkan dan banyak digunakan adalah pengawetan dengan suhu tinggi, contohnya adalah pengalengan ikan tuna. Tujuan utamanya adalah memperpanjang umur simpan, dan meningkatkan nilai ekonomis dari ikan serta dapat memperbanyak  penganekaragaman pangan yang berbahan baku ikan. Prinsip pengalengan yaitu mengemas bahan pangan dalam wadah yang tertutup rapat sehingga udara dan zat-zat maupun organisme yang merusak atau membusukkan tidak dapat masuk, kemudian wadah dipanaskan sampai suhu tertentu untuk mematikan pertumbuhan mikroorganisme yang ada. Pengalengan didefinisikan juga sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua mikroba patogen (penyebab penyakit) dan pembusuk. Pengalengan secara hermetis memungkinkan makanan dapt terhindar dari kebusukan, perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi, uatau perubahan cita rasa. Namun, karena dalam pengalengan makanan dgunakan sterilisasi komersial (bukan strerilisasi mutlak), mungkin saja masih terdapat spora atau mikroba lain terutama yang bersifat tahan panas yang dapat merusak isi apabila kondisinya memungkinkan, itulah sebabnya makanan dalam kaleng harus disimpan pada kondisi yang sesuai, segera setelah proses pengalengan selesai. Dalam industri pengalengan makanan, yang diterapkan adalah sterilisasi komersial, artinya walaupun produk tersebut tidak 100 persen steril, tetap cukup bebas dari bakteri pembusuk dan patogen, sehingga tahan untuk disimpan selama satu tahun atau lebih dalam keadaan layak untuk dikonsumsi.
            Dalam proses pengalengan biasanya dilakukan penambahan medium pengalengan. Di Indonesia, dikenal tiga macam medium pengalengan, yaitu larutan garam (brine), minyak, atau minyak yang ditambah dengan cabai dan bumbu lainnya serta saus tomat. Penambahan medium bertujuan untuk memberikan penampilan dan rasa yang spesifik pada produk akhir, sebagai media penghantar panas sehingga memperpendek waktu proses, mendapatkan derajat keasaman yang lebih tinggi, dan mengurangi terjadinya karat pada bagian dalam kaleng. Apabila menginginkan produk yang siap olah, pilihlah yang bermedia saus tomat. Bila ingin mengolah produk dalam kaleng lebih lanjut, produk berlarytan garam atau minyak nabati dapat dipilih.

C.    Keuntungan pengalengan Ikan
Keuntungan utama penggunaan kaleng sebagai wadah pengawetan ikan adalah :
a.       Kaleng dapat menjaga ikan yang ada di dalamnya. Ikan yang ada di dalam wadah yang tertutup secara hermetis dapat dijaga terhadap kontaminasi oleh mikroba, serangga, atau bahan asing lain yang lain yang mungkin dapat menyebabkan kebusukan atau bahan asing lain yang mungkin dapat menyebabkan kebusukan atau penyimpanan penampakan dan cita rasanya.
b.      Kaleng dapt juga menjaga ikan terhadap perubahan kadar air yang tidak diinginkan.
c.       Kaleng dapat juga menjaga ikan terhadap penyerapan oksigen, gas – gas lain, bau – bauan, dan partikel – partikel radioaktif yang terdapat di atmosfir.

D.    Bakteri Clostridiun Botulinum
Clostridium botulinum adalah yang paling berbahaya. Bakteri tersebut dapat menghasilkan racun botulin dan membentuk spora yang tahan panas. Pemanasan selama empat menit pada suhu 120oC atau 10 menit sudah cukup untuk membunuh semua strain Clostridium botulinum. Karena sifatnya yang tahan panas, jika proses pengalengan dilakukan secara tidak benar, bakteri tersebut dapat aktif kembali selama penyimpanan.

E.     Daya Tahan Simpan
Umur simpan makanan dalam kaleng sangat bervariasi tergantung pada jenis bahan pangan, wadah, proses pengalengan yang dilakukan, dan kondisi tempat penyimpanan. Jika proses pengolahan dan penyimpanan dilakukan dengan baik, makanan dalam kaleng umunya awet sampai jangka waktu dua tahun. Beberapa hal yang menyebabkan awetnya ikan dalam kaleng adalah:
a.      Ikan yang digunakan telah melewati tahap seleksi, sehingga mutu dan kesegarannya dijamin masih baik.
b.      Ikan tersebut telah melewati proses penyiangan, sehingga terhndar dari sumber mikroba kontaminan, yaitu yang terdapat pada isi perut dan insang.
c.       Pemanasan telah cukup untuk membunuh mikroba pembususk dan penyebab penyakit.
d.      Ikan termasuk kedalam makanan golongan berasam rendah, yaitu mempunyai kisaran pH 5,6 – 6,5. Adanya medium pengalengan dapat meningkatkan derajat keasaman (menurun pH), sehingga produk dalam kaleng menjadi awet. Pada tingkat keasaman yang tinggi dibawah pH 4,6 Clostridium Botulinum tidak dapat tumbuh.
e.      Penutupan kaleng dilakukan secara rapat hermetis, yaitu rapat sempurna sehingga tidak dapat dilalui oleh gas, mikroba, udara, dan kontaminan lainnya. Dengan demikian, produk dalam kaleng menjadi lebih awet.

F.     Tahapan Pengalengan Ikan
Berdasarkan SNI 01-2712.2-1992, tahapan pengalengan ikan sabagi berikut:
a.      Pengadaan Bahan Baku Ikan Segar
Ikan yang akan dijadikan sarden bisanya didapat dari nelayan ikan, dijual langsung oleh pemilik perahu atau dikumpulkan terlebih dahulu oleh pengepul. Ikan yang digunakan sebagai bahan baku umumnya tergolong ikan pelagis ukuran kecil yang hidup bergerombolan seperti Lemuru, ikan Sardin, ikan Tamban, ikan Balo, dan ikan Layang.
b.      Pengguntingan (cutting)
Bahan baku ikan segar yang sudah dibeli pabrik akan langsung diproses. Tahapan pertama disebut dengan pengguntingan, alat yang digunakan adalah gunting besi. Ikan digunting pada bagian pre dorsal (dekat dengan kepala) kebawah kemudian sedikit ditarik untuk mengeluarkan isi perut. Dalam tahapan pengguntingan juga dilakukan sortasi. Bahan baku ikan disortasi dari campuran ikan yang lain dan dari sampah serta serpihan karang yang ikut terbawa saat proses penangkapan ikan. Ikan yang sudah digunting ditempatkan dalam keranjang plastik kecil. Setelah keranjang penuh ikan dimasukan dalam mesin rotary wash untuk dilakukanproses pencucian.
c.       Pengisian (Filling)
Ikan yang keluar dari mesin rotary wash ditampung dalam keranjang plastik, lalu dibawa ke meja pengisian untuk diisikan didalam kaleng diatur, misalnya untuk membuat produk kaleng kecil setelah perhitungan rendemen ditentukan bahwa jumlah ikan yang diisikan kedalam kaleng adalah 4 ekor ikan. Ikan – ikan tersebut diisikan dalam kaleng dengan posisi 2 buah pangkal ekor menghadap kebawah dan 2 ekor lagi menghadap keatas. Kaleng yang sudah diisi ikan diletakkan diatas conveyor yang terus berjalan disamping meja pengisian untuk masuk ke tahap berikutnya.
d.      Pemasakan Awal (pre cooking)
Dengan bantuan conveyor kaleng yang sudah terisi ikan masuk kedalam exhaust box yang panjangnya 12 m, didalam exhaust box ikan dimasak dengan menggunakan steam yang dihasilkan oleh boiler, suhu yang digunakan 80 – 100oC. Proses pre cooking berlangsung selama 10 menit.
e.      Penghampaan (Exhausting)
Penghampaan dilakukan dengan menambahkan medium pengalengan berupa saos cabai atau saos tomat dan minyak sayur. Suhu saos dan minyak sayur yang digunakan adalah 80oC. Pengisian saos dilakukan secara mekanis dengan menggunakan filler. Pada prinsipnya prose penghampaan ini dapat dilakukan dengan 2 macam cara, biasanya pabrik berskala kecl exhausting dilakukan dengan cara melakukan pemanasan pendahuluan terhadap produk, kemudian produk tersebut diisikan kedalam kaleng dalam keadaan panas dan kaleng ditutup juga dalam keadaan panas. Untuk beberapa jenis produk, exhausting dapat pula dilakukan dengancara menambahkan medium pengalengan misalnya saos, minyak, atau larutan garam mendidih. Sedangkan pabrik engalengan skala besa melakukan exhausting dengan cara mekanis dan dinamakan pengepakan vacuum. Cara kerjanya adalah menarik oksigen dan gas – gas lain dari dalam kaleng dan kemudian segera dilakukan penutupan wadah.
f.        Penutupan Wadah Kaleng (Seaming)
Pentutupan wadah kaleng dilakukan dengan menggunakan double seamer machine. Seorang karyawan bertugas mengoperasikan double seamer machine dan mengisi tutup kaleng kedalam mesin. Kecepatan yang digunakan bervariasi. Double seamer untuk kemasan kaleng kotak dioperasikan dengan kecepatan penutupan 84 kaleng per menit, double seamer untuk kaleng kecil dioperasikan dengan kecepatan penutupan  375 kaleng per menit sedangkan untuk double seamer kaleng besar dioperasikan dengan kecepatan 200 kaleng per menit. Tutup kaleng yang dipakai adalah tutup kaleng yang sudah terlebih dahulu diberi kode tanggal kadaluwarsa diruang jet print. Di pabrik pengalengan sendiri penentuan tanggal kadaluwarsa merupakan bagian yang sangat penting. Jangka waktu kadaluwarsa telah ditentukan oleh pihak perusahaan dengan berdasarkan pengujian makanan yang dilakukan oleh pihak perusahaan di departemen kesehatan.
g.      Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan retort. Dalam satu kali proses sterilisasi dapat mensterilkan 4 keranjang besi produk ikan kaleng atau setara dengan 6.800 kaleng kecil atau 3.400 kaleng besar. Suhu yang digunakan antara 115 – 117oC dengan tekanan 0,8 atm, selama 85 menit untuk kaleng kecil dan 105 menit untuk kaleng besar. Sterilisasi dilakukan dengan memasukan keranjang besi kedalam retort menggunakan rel. Sterilisasi dilakukan tidakhanya bertujuan untuk menghancurkan mikroba pembusuk dan patogen, tetapi juga berguna untuk membuat produk menjadi cukup masak, yaitu dilihat dari penampilan, tekstur dan rasa sesuai yang diinginkan.


h.      Pendinginan dan Pengepakan
Ikan kalengan yang sudah disterilisasi dikeluarkan dari dalam retort, kemudian diangkat dengan katrol untuk didinginkan dalam bak pendingin. Yang diisi dengan air yang mengalir, pendingina dilakukan selama 15 menit. Produk yang telah didinginkan diistirahatkan terlebih dahulu ditempat pengistirahatan (rested area) untuk menunggu giliran pengepakan (packing). Packing diawali dengan aktivitas pengelapan untuk membersihkan sisa air proses pendinginan, setelah itu dimasukkan kedalam karton. Produk yang kemasannya sudah diberi label bisa langsung di packing.


No comments:

Post a Comment