Pengemasan Margarin
Oleh : Amar Ma'ruf
1.
Karakteristik
Margarine
Margarin adalah
mentega buatan. bisa dibuat dari minyak nabati ataupun minyak hewani. bisa juga
mengandung susu saringan, ragam, dan pengemulsi. margarin mengandung lebih
sedikit lemak daripada mentega, sehingga margarin banyak digunakan sebagai
pengganti mentega.
Margarin banyak dikemas ke dalam beberapa konsistensi pengemas. margarin sedikitnya mengandung 80% lemak dari total beratnya. sisanya (kurang lebih 17-18%) terdiri atas turunan susu skim, air, atau protein kedelai cair. dan sisanya (1-3%) merupakan garam yang ditambahkan sebagai flavor, meskipun ada beberapa produk margarin tidak mencantumkan garam di label untuk alasan kesehatan.
Margarin dan Mentega adalah sumber utama dari trans fatty acids (TFA).
Margarin banyak dikemas ke dalam beberapa konsistensi pengemas. margarin sedikitnya mengandung 80% lemak dari total beratnya. sisanya (kurang lebih 17-18%) terdiri atas turunan susu skim, air, atau protein kedelai cair. dan sisanya (1-3%) merupakan garam yang ditambahkan sebagai flavor, meskipun ada beberapa produk margarin tidak mencantumkan garam di label untuk alasan kesehatan.
Margarin dan Mentega adalah sumber utama dari trans fatty acids (TFA).
Ciri-ciri margarin adalah bersifat plastis,
padat pada suhu ruang, agak keras pada suhu rendah, teksturnya mudah dioleskan,
serta segera dapat mencair di dalam mulut. Berdasarkan sifat tersebut itulah,
diperlukan jenis kemasan yang sesuai untuk mengemasnya, sehingga margarin dan bahan
pangan berlemak lainnya tidak mengalami penyimpangan baik dari segi warna, cita
rasa serta aroma selama masa penyimpanannya.
Margarin sangat mudah rusak oleh cahaya, kita
dapat mengemas margarin sehingga kerusakannya dapat di minimalisir. Pengemas
kali ini adalah kertas minyak. Kertas minyak ini bersifat tahan lemak oleh
karena itu cukup memenuhi syarat sebagai pengemas bahan berlemak seperti
margarin, tujuan dari penggunaan bahan kemasan yang tahan lemak ini adalah
untuk mencegah penetrasi lemak dari dalam bahan ke luar melalui dinding
pembungkus, warna harus dipilih sedemikian rupa sehingga sinar-sinar yang dapat
menembus bahan pembungkus tersebut adalah sinar gelombang panjang yang
mengandung energi lebih rendah. Dengan demikian maka peran cahaya sebagai
katalis pada proses oksidasi lemak semakin berkurang.
2. Indice
Failure
Kerusakan
yang paling dominan terjadi adalah kerusakan pada aroma. Kerusakan aroma ini
disebabkan oleh reaksi oksidasi pada lemak yang menghasilkan off-flavor. Mekanisme reaksi oksidasi
diawali dengan inisiasi, propagasi dan terminasi. Reaksi inisiasi dapat terjadi
melalui mekanisme dekomposisi hidroperoksida, di katalisis oleh logam dan
bantuan cahaya. Mekanisme reaksi oksidasi dapat dilihat dibawah ini :
Inisiasi
Initiator → free
radical (R : ROO ·)
Propagasi
R· + O2 → ROO·
ROO· + O2 → ROOH
+ R·
Terminasi
ROO· +
R· → ROOR
R· +
R· → RR
ROO· +
ROO· → ROOR
+ O2
Pembentukkan
senyawa hidroperoksida dengan singlet oksigen berlangsung dengan mekanisme yang
berbeda dengan yang terjadi dari proses autooksidasi yang melibatkan radikal
bebas dari tahap inisiasi. Hidroperoksida adalah produk dominan dari reaksi
oksidasi. Senyawa hidroperoksida stabil pada suhu ruang tapi tidak stabil pada
suhu lebih tinggi dari 80˚C. Akibat dari ketidakstabilan ini, senyawa
hidroperoksida mengalami penguraian lanjut tergantung kondisi suhu menjadi
alkohol, asam lemak rantai pendek, aldehid dan keton yang mana semuanya
berhubungan dengan timbulnya aroma tengik.
Kerusakan yang terjadi pada lemak
yang dikemas diatas umumnya disebabkan oleh reaksi oksidasi dan hidrolisis.
Reaksi oksidasi disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh
dalam lemak. Otooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya,
panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam berat dan logam porfirin.
Kemudian radikal bebas ini bereaksi dengan O2 membentuk peroksida
aktif yang dapat membentukhidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan
mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon lebih pendek oleh radiasi
energi tinggi, energi panas, katalis logam atau enzim. Senyawa-senyawa dengan
rantai C lebih pendek ini adalah asam-asam lemak, aldehida-aldehida, dan keton
yang bersifar volatil dan menimbulkan bau tengik pada lemak. Sedangkan
hidrolisis adalah pemecahan lemak menjadi asam lemak dan gliserol akibat adanya
air. Kertas minyak yang digunakan sebagai pembungkus tidak tahan terhadap air.
Uap air dari udara dapat berpenetrasi dalam kertas dan menghidrolisis margarin.
Asam lemak yang dihasilkan oleh reaksi ini dapat memberikan rasa dan bau tengik
pada margarin.
3.
Material
yang sesuai
Pada umumnya tujuan pengemasan bahan pangan adalah untuk
memelihara acceptability bahan
pangan, misalnya warna, cita rasa, dan tekstur. serta mencegah kerusakan nilai
gizi selama transportasi dan distribusi. Kerusakan bahan pangan berlemak,
terutama disebabkan oleh proses oksidasi mengakibatkan destruksi vitamin yang
larut dalam lemak dan oksidasi asam-asam lemak tidak jenuh, sehingga bahan
pangan berbau tengik dan nilai gizi bahan pangan menurun.
Syarat-syarat
kemasan yang baik digunakan untuk lemak adalah sebagai berikut :
1.
Dapat mencegah atau mengurangi proses oksidasi oleh
oksigen udara atau prooksidan lainnya.
2.
Bagian dalam dari alat pengemas sebaiknya dipolesi
dengan anti-oksidan, untuk mencegah bau tengik terutama dari kertas pembungkus
yang terkena lemak.
3.
Jenis bahan pengemas.
Bahan kemasan dapat berupa gelas, kertas, plastik
berwarna atau kaleng. Bahan kemasan tersebut harus bersifat tahan lemak, yang
bertujuan untuk mencegah penetrasi lemak dari dalam bahan ke luar melalui
dinding pembungkus.
Khususnya gelas dan kertas yang transparan jika
digunakan sebagai bahan pembungkus, warnanya harus dipilih sedemikian rupa,
sehingga sinar-sinar yang dapat menembus bahan pembungkus tersebut adalah sinar
gelombang panjang yang mengandung energi lebih rendah. Dengan demikian maka
peranan cahaya sebagai katalis pada proses oksidasi lemak semakin berkurang.
Jenis kertas yang baik digunakan sebagai bahan
pembungkus bahan pangan berlemak misalnya kertas glassine dan kertas parchment. Kertas
Glassine umumnya bersifat transparan, mempunyai permukaan halus dan mengkilat,
tahan terhadap lemak dan udara. Biasanya digunakan untuk membungkus kembang
gula dan jenis roti atau kue berlemak. Kertas perkamen adalah kertas yang telah
dipucatkan dan direndam dalam asat sulfat. kertas ini mempunyai sifat tidak
transparan, tetapi tahan terhadap lemak dan air, sehingga banyak digunakan
untuk membungkus mentega, margarin, dan bahan berlemak lainnya.
Jenis plastik yang digunakan untuk kemasan bahan
pangan berlemak antara lain : cellophan, poliethilene, dan amilosa film.
Plastik tersebut dapat berbentuk kantung dan berbentuk film yang merupakan
lembaran dengan tebal lebih kurang 0,10 inci. Cellophan dibuat dari selulosa
yang biasanya dilapisi dengan bahan pelapis (coating) misalnya PVDC. Cellophan
ini dapat melindungi kerusakan bahan pangan oleh oksigen dan tahan terhadap uap
air, sehingga baik digunakan untuk membungkus bahan pangan berlemak. Film
Amilosa dibuat dari pati jagung dan dapat dimakan. Bahan ini mempunyai sifat
kurang tahan terhadap uap air, tahan terhadap gas dan lemak sehingga baik
digunakan untuk membungkus bahan pangan berlemak, terutama untuk membungkus
berbagai jenis permen dan kembang gula. Untuk melindungi minyak atau lemak dari
penyinaran, dapat digunakan filter hijau atau kertas transparan yang berwarna
hijau atau dengan mempergunakan cellophanes, glass dan bahan lain yang
mempunyai sifat menyerap sinar.
4.
Karakteristik
Pengemas
4.1.
Plastik PHB (poly 3-hydroxybutyrate)
Plastik secara umum digunakan dalam banyak aplikasi seperti
pengemasan, bahan bangunan dan komoditi produk higienis. Namun, permasalahan
polusi lingkungan yang disebabkan oleh pembuangan sampah plastik secara
sembarangan oleh sebagian besar masyarakat dunia. Plastik konvensional ini
dibuat dengan bahan yang berasal dari minyak bumi yang tidak bisa langsung
diuraikan oleh alam dan merupakan limbah berbahaya bagi lingkungan. Polimer
paling tinggi sangat tahan lama dan menghadirkan permasalahan lingkungan yang
serius ditengah masyarakat. Satu pilihan untuk mengelola limbah plastik adalah
menggunakan produk plastik yang dapat diuraikan secara alami. Polimer biodegradable baru telah dikembangkan
untuk menambah penurunan pada produk akhir. Dalam penambahannya, menggunakan
biopolimer berdasarkan sumber daya alam terbarukan dan berkontribusi pada proses daur ulang yang sejalan dengan
penguraian biokimia di alam.
Poly-b-hydroxyalkanoates (PHA) telah menarik banyak perhatian pada
awal tahun sebagai biocompatible dan biodegradable thermoplastics yang
berpotensi untuk diaplikasikan. Poly(3-hydroxybutyrate) (PHB) merupakan salah
satu dari biodegradable poly(hydroxy
alkanoates) (PHA) yang terkenal.
PHB telah digunakan dalam produk kecil sekali pakai dan bahan
pengemasan. Namun, hanya sedikit yang
mengetahui tentang aplikasi dari PHB untuk digunakakan sebagai pengemasan
produk makanan. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh industri pengemasan
makanan dalam upaya untuk memproduksi pengemasan biodegradable terutama yang sesuai dengan daya tahan kemasan dan
umur simpan produk. Kondisi biologi berdasarkan material kemasan harus tetap
stabil tanpa perubahan pada sifat mekanis dan atau sifat batas dan harus
bekerja secara tepat selama penyimpanan sampai pemakaian. Keadaan lingkungan
terutama yang dapat mendegradasi harus dihindari selama penyimpanan bahan
makanan, sedangkan kondisi optimum untuk biodegradasi harus timbul setelah
pembuangan. Sebelum menggunakan bahan biodegradable
untuk pengemasan makanan, efek terhadap kualitas makanan dan keamanan makanan
harus teruji. Polimer telah digunakan pada pembuatan pengemasan melalui injeksi proses pencetakan.
Kinerja dari pengemasan telah dievaluasi dengan cara dimensional
and physical assays, perbandingan dengan pengemas dari PP (polypropylene) dengan
bentuk yang sama, potensi kontaminan dari organoleptik dengan beberapa jenis
makanan (margarin, mayonnaise and krim keju) telah dianalisa.
Tabel
4.1. perbandingan kondisi injeksi antara PHB dengan PP
Parameter
|
PHB
|
PP
|
Melt
temperature (oC)
|
160
|
180
|
Hopper
temperature (oC)
|
25
|
25
|
Fill
temperature (oC)
|
130
|
230
|
Clamp zone (oC)
|
140
|
250
|
Mixture
zone (oC)
|
150
|
250
|
Nozzle
(oC)
|
160
|
250
|
Mold
(oC)
|
10-15
|
10-15
|
4.1.1.
Ketebalan
Ketebalan dari PHB dan PP toples dan topi yang telah diukur. Sample
yang telah diuji dalam quintuplicate dan
ketebalan dari PHB dan PP telah ditentukan pada empat lokasi yang berbeda pada
toples (dasar, badan, sisi dan tepi) dan tiga lokasi untuk penutup (skirt, tepi dan permukaan). Pada
setiap lokasi, ketebalan telah ditentukan pada tiga equidistant points. Dan hasil telah dievaluasi melalui variasi
analisa.
4.1.2.
Weight and volumetric capacity
Sepuluh sample toples dan penutup dari studi bahan
pengemasan yang telah diserahkan untuk penentuan berat menggunakan 0.01 g precision balance. Untuk menentukan area
bebas, untuk toples PHB and PP dengan menggunakan volumetric capacity 500 mL, total
volumetric capacity telah dievaluasi.
Kemasan yang telah diisi dengan air
minum menurut ASTM D 2911-94.
4.2. Kertas
Jenis kertas yang baik digunakan sebagai bahan pembungkus bahan pangan
berlemak misalnya kertas glassine dan kertas parchment. Kertas
Glassine umumnya bersifat transparan, mempunyai permukaan halus dan mengkilat,
tahan terhadap lemak dan udara. Biasanya digunakan untuk membungkus kembang
gula dan jenis roti atau kue berlemak. Kertas perkamen adalah kertas yang telah
dipucatkan dan direndam dalam asat sulfat. kertas ini mempunyai sifat tidak
transparan, tetapi tahan terhadap lemak dan air, sehingga banyak digunakan
untuk membungkus mentega, margarin, dan bahan berlemak lainnya.
Perbedaan warna pada kertas yang digunakan mempunyai
maksud tertentu. Perbedaan yang terdapat pada kertas ini dimaksudkan untuk
mengetahui kurusakan yang diakibatkan kontaminasi cahaya dan udara yang masuk
melalui kemasan tersebut. Warna kemasan ini akan mempengaruhi proses oksidasi
yang terjadi dalam bahan pangan yang dikemasnya karena perbedaan warna
mengakibatkan perbedaan panjang gelombang yang diserap oleh pengemas. Semakin
panjang panjang gelombang yang diserap maka semakin banyak pula jumlah cahaya
yang masuk ke dalam kemasan yang dapat mengkatalisator terjadinya oksidasi
bahan pangan yang berlemak yang terdapat dalam kemasan.
Pengemas lemak yang baik adalah pengemas yang daat
bersifat selektif terhadap sinar-sinar yang masuk. Hal ini akan menyebabkan
sinar yang masuk adalah sinar gelombang panjang yang mengandung energi lebih
rendah. Peran cahaya sebagai katalisator pada proses oksidasi akan berkurang.
Hasil
pengamatan pada masing-masing sampel dikemas pada kertas dengan warna berbeda
dan disimpan selama seminggu, didapat hasil-hasil berikut.
Tabel 4.2.
Pengamatan Margarin setelah 1 Minggu
Warna
Kemasan Kertas
|
Berat
(gram)
|
Warna
|
Aroma
|
Tekstur
|
Merah
|
49.8328
|
Kuning (++)
|
Menyengat (++)
|
Lunak (++)
|
Kuning
|
50.4772
|
Kuning (+++)
|
Menyengat (+++)
|
Lunak (+)
|
Hijau
|
40.8532
|
Kuning (++++)
|
Menyengat (+)
|
Lunak (++++)
|
Putih
|
50.1742
|
Kuning (+)
|
Menyengat (++++)
|
Lunak (+++)
|
5.
Expected shelf life
·
Margarin dengan kemasan plastik dapat
disimpan selama waktu sesuai dengan tanggal kadaluwarsa pada kemasan, shelf
life margarine dapat menjadi singkat apabila kemasan sudah dibuka dan disimpan
pada suhu ruangan
1. Kadar
asam lemak bebas pada penyimpanan hari ke 0, 5, dan 10 diketahui bahwa kenaikan
terbesar pada hari ke 10 pada margarin A 0,33%, margarin B 0,10%, margarin C
0,14%, margarin D 0,32%, margarin E 0,18%.
2. Lama
penyimpanan hari ke 0, ke 5 dan ke 10 berpengaruh signifikan terhadap kadar
asam lemak bebas pada semua margarin p < 0,05.
Sehingga untuk
mendapatkan shelf life yang diharapkan Masyarakat dalam memilih margarin
sebaiknya dilihat tanggal kadaluarsa dan tidak terbuka bungkusnya.
6. Other
supporting information
Margarin
mengandung beta karoten, lecithin, antioksidan BHA dan pelbagai vitamin. Lemak
hewani yang digunakan biasanya lemak babi, lemak sapi dan oleum oil. Sedangkan
minyak nabati yang sering digunakan adalah minyak kelapa, minyak inti sawit,
minyak biji kapas, minyak kedelai, minyak wijen, minyak jagung dan minyak
gandum.
Berdasarkan
standar mutu minyak dan lemak telah ditetapkan bahwa kadar asam lemak bebas
maksimal 0,3%. Akibat kelebihan asam lemak bebas yaitu dapat menyebabkan
peningkatan berat badan hingga terjadi obesitas.
Lama
penyimpanan bahan pangan berlemak dan berminyak seperti margarin akan terjadi
kerusakan seperti absorpsi bau oleh lemak, pencemaran oleh bau yang berasal
dari bahan pembungkus atau pencemaran bau yang berasal dari bahan pangan lain
yang disimpan dalam wadah yang sama, kerusakan oleh mikroba umumnya dapat
merusak lemak dengan menghasilkan cita rasa tidak enak, disamping menimbulkan
perubahan warna yang tidak bagus dan kerusakan lemak akibat oksidasi udara.
No comments:
Post a Comment