Oleh Amar Ma’ruf
Teknik Kimia UMS
A. Pewarna
Alami
Bahan pewarna
alami dapat diperoleh dari tanaman
ataupun hewan. Bahan
pewarna alami ini meliputi
pigmen yang sudah
terdapat dalam bahan atau terbentuk pada
proses pemanasan,
penyimpanan, atau pemrosesan. Beberapa pigmen
alami yang banyak
terdapat di sekitar kita
antara lain: klorofil,
karotenoid, tanin, dan antosianin.
Umumnya, pigmen-pigmen ini bersifat
tidak cukup stabil
terhadap panas, cahaya, dan
pH tertentu. Namun pewarna alami
umumnya aman dan
tidak menimbulkan efek samping
bagi tubuh. Pigmen-pigmen zat
pewarna yang dapat diperoleh dari bahan alami adalah sebagai berikut (Hidayat
dan Saati, 2006) :
1. Karoten,
menghasilkan warna jingga sampai merah, dapat di peroleh dari wortel, pepaya,
dll.
2. Biksin, menghasilkan
warna kuning, diperoleh dari biji
pohon Bixa orellana
3. Karamel, menghasilkan
warna coklat gelap merupakan hasil dari hidrolisis
karbohidrat, gula pasir, laktosa, dll.
4. Klorofil, menghasilkan
warna hijau, diperoleh dari daun suji, pandan, dll.
5. Antosianin, menghasilkan
warna merah, oranye, ungu,
biru, kuning, banyak terdapat pada
bunga dan buah-buahan
seperti buah anggur, strawberry,
duwet, bunga mawar, kana, rosella, pacar
air, kulit manggis,
kulit rambutan, ubi jalar
ungu, daun bayam
merah, dll
6. Tanin, menghasilkan
warna coklat, terdapat dalam getah.
Menurut sumber
diperolehnya zat warna
tekstil digolongkan menjadi
2 yaitupertama Zat Pewarna Alam (ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam pada
umumnya dari hasil
ekstrak tumbuhan atau
hewan. Kedua, Zat Pewarna Sintesis
(ZPS) yaitu Zat warna buatan atau
sintesis dibuat dengan reaksi kimia
dengan bahan dasar arang batu bara atau
minyak bumi yang merupakan hasil
senyawa turunan hidrokarbon
aromatik seperti benzena, naftalena
dan antrasena. (Isminingsih, 1978).
Bahan tekstil yang
diwarnai dengan zat
warna alam adalah
bahan-bahan yang berasal dari
serat alam contohnya sutera,wol dan kapas (katun). Bahan-bahan dari serat
sintetis seperti polyester , nilon dan lainnya tidak memiliki afinitas atau daya tarik terhadap zat warna alam
sehingga bahan-bahan ini sulit terwarnai dengan zat warna alam. Bahan dari
sutera pada umumnya memiliki afinitas paling bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas.
B. Ekstraksi
zat warna alami
Ekstraksi dapat di
definisikan sebagai suatu proses pemisahan suatu bahan dari campurannya,
biasanya dengan menggunakan pelarut. Komponen yang dipisahkan dalam ekstraksi
dapat berupa padatan dari campuran padat-cair, berupa cairan dari campuran
cairan-cairan, atau padatan dari campuran padatan-padatan. Ekstraksi terdiri
dari berbagai pilihan cara ekstraksi, tetapi umumnya ekstraksi menggunakan
pelarut berdasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lainnya (Suyitno,
1989).
Proses pengambilan zat
pewarna alami menggunakan proses ekstraksi dengan pelarut. Sebagai bahan
pelarut dapat digunakan berbagai macam jenis pelarut organik. Pelarut yang
sering digunakan dalam proses ekstraksi adalah air, etanol, petroleum eter, dan
lain-lain. Pada pembuatan pewarna tekstil dari daun jati ini menggunakan
pelarut air.
Daftar
Pustaka
Cahyani,
Ati. 2006. Majalah Ilmiah. Perpustakaan
Universitas Paradima
Hidayat, N. Dan Saati, E.A. 2006. Membuat Pewarna Alami. Trubus
Agrisarana. Surabaya.
Isminingsih .1978.Pengantar Kimia Zat Warna. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung
Sunaryati, S., Hartini, S., Ernaningsih,
2000, Pengaruh Tatacara Pencelupan Zat
Warna Alam Daun Sirih pada hasil Pencelupan Kain Sutra, Balai Besar
Tekstil, Bandung.
Suyitno. 1989. Petunjuk Laboraturium Rekayasa Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment