Oleh Amar Ma’ruf
Jika riba telah
menjadi sistem yang mapan dan telah mengkristal sedemikian kuatnya, maka sistem
itu akan dapat menimbulkan dampak buruk bagi perekonomian secara luas. Dampak
sistem ekonomi ribawi tersebut sangat membahayakan perekonomian.
Pertama, Sistem ekonomi ribawi
telah banyak menimbulkan krisis ekonomi di mana-mana sepanjang sejarah, sejak
tahun 1930 sampai saat ini. Sistem ekonomi ribawi telah membuka peluang para
spekulan untuk melakukan spekulasi yang dapat mengakibatkan volatilitas ekonomi
banyak negara. Sistem ekonomi ribawi menjadi punca utama penyebab tidak
stabilnya nilai uang (currency) sebuah negara. Karena uang senantiasa akan berpindah
dari negara yang tingkat bunga riel yang rendah ke negara yang tingkat bunga
riel yang lebih tinggi akibat para spekulator ingin memperoleh keuntungan besar
dengan menyimpan uangnya dimana tingkat bunga riel relatif tinggi. Usaha
memperoleh keuntungan dengan cara ini, dalam istilah ekonomi disebut dengan
arbitraging. Tingkat bunga riel disini dimaksudkan adalah tingkat bunga minus
tingkat inflasi.
Kedua, di bawah sistem ekonomi ribawi,
kesenjangan pertumbuhan ekonomi masyarakat dunia makin terjadi secara konstant,
sehingga yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin. Data IMF berikut
menunjukkan bagaimana kesenjangan tersebut terjadi.
Ketiga, Suku bunga juga
berpengaruh terhadap investasi, produksi dan terciptanya pengangguran. Semakin
tinggi suku bunga, maka investasi semakin menurun. Jika investasi menurun,
produksi juga menurun. Jika produksi menurun, maka akan meningkatkan angka
pengangguran.
Keempat, Teori ekonomi juga
mengajarkan bahwa suku bunga akan secara signifikan menimbulkan inflasi.
Inflasi yang disebabkan oleh bunga adalah inflasi yang terjadi akibat ulah
tangan manusia. Inflasi seperti ini sangat dibenci Islam, sebagaimana ditulis
Dhiayuddin Ahmad dalam buku Al-Quran dan Pengentasan Kemiskinan. Inflasi akan
menurunkan daya beli atau memiskinkan rakyat dengan asumsi cateris paribus.
Kelima, Sistem ekonomi ribawi
juga telah menjerumuskan negara-negara berkembang kepada debt trap (jebakan
hutang) yang dalam, sehingga untuk membayar bunga saja mereka kesulitan,
apalagi bersama pokoknya.
Kenam, dalam konteks Indonesia,
dampak bunga tidak hanya sebatas itu, tetapi juga berdampak terhadap pengurasan
dana APBN. Bunga telah membebani APBN untuk membayar bunga
obligasi kepada perbakan konvensional yang telah dibantu dengan BLBI.
Selain bunga obligasi juga membayar bunga SBI. Pembayaran bunga yang besar
inilah yang membuat APBN kita defisit setiap tahun. Seharusnya APBN kita
surplus setiap tahun dalam mumlah yang besar, tetapi karena sistem moneter
Indonesia menggunakan sistem riba, maka tak ayal lagi, dampaknya bagi seluruh
rakyat Indonesia sangat mengerikan .
No comments:
Post a Comment