Popular Posts

Tuesday, November 20, 2012

makalah tentang proses pemintalan benang


PROSES PEMINTALAN BENANG (SPINNING)


 I.        PROSES PEMBUATAN BENANG
Proses pembuatan benang ada beberapa cara tergantung pada bahan baku yang diolah, namun pada prinsipnya sama, yaitu membuat untaian serat-serat yang kontinyu dengan diameter dan antihan teetentu.
Cara pembuatan benang yang dilakukan industri kebanyakan adalah serat-serat dari alam ataupun sintetik mengalami          :
·    Pembukaan atau penguraian (Opening)
·    Pembersihan kotoran (Cleaning)
·    Penarikan (Drafting)
·    Pemberihan antihan (Twisting)
·    Penggulungan (Winding)

II.            PROSES PEMINTALAN
Mula-mula serat mengalami proses pencampuran, pembukaan dan pembersihan di mesin blowing, dan sebagai hasil akhir berupa gulungan lap. Gulungan lap kemudian diolah pada mesin Carding, lap akan mengalami proses pembukaan dan pembersihan lebih lanjut, sehingga menjadi serat-serat individu. Di samping itu serat-serat yang sangat pendek terpisahkan dari serat-serat yang panjang, dan hasilnya berupa sumbu yang disebut sliver.
Hasil sliver Carding keadaan serat-seratnya masih belum lurus dan belum sejajar satu sama lain serta belum rata. Untuk meluruskan dan mensejajarkan serat-serat serta meratakan slivernya, maka beberapa sliver tersebut dirangkap dan disuapkan ke mesin Drawing. Jumlah rangkapan biasanya antara 6-8 buah sliver. Pelurusan dan pensejajaran serat-serat dilakukan dengan jalan penarikan oleh pasangan-pasangan rol-rol penarik, dan hasilnya berupa sliver yang lebih rata.
Pengerjaan ini dilakukan 2-3 kali (passages) pada mesin Drawing, tergantung pada mutu benang yang diinginkan. Hasil sliver Drawing kemudian dikerjakan pada mesin Roving untuk diperkecil diameternya. Untuk memberikan kekuatan pada roving agar dapat digulung pada bobbin, maka pada Roving tersebut diberikan sedikit puntiran (twist).
Akhirnya Roving tersebut dikerjakan pada mesin pintal Ring Spinning hingga menjadi benang melalui proses penarikan dan pemberian puntiran serta digulung pada bobbin. Untuk membuat benang yang bermutu tinggi biasanya sesudah mangalami proses di mesin Carding tidak langsung dikerjakan pada mesin Drawing, tetapi diproses dulu di mesin Combing, dimana serat-serat yang pendek dipisahkan.
Pembuatan atau pemintalan serat dari larutan polimer dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
1. Pemintalan Cara Basah (Wet Spinning), larutan polimer didalamnya disemprotkan melalui spinneret kedalam larutan yang dapat memadatkan polimer atau turunan-turunan polimer. Contohnya : rayon kuproamonuim, rayon viskosa, kasein, polyvenil khlorida, polyvinil alkohol, poliakrionotril.
2. Pemintalan Cara Kering (Dry Spinning), Pembuatan filamen dilakukan dengan menyuapkan pelarut dari larutan polimer. Pelarut dihilangkan dengan menyuapkannya ke udara atau pada gas-gas yang sesuai biasanya gas inert. Contohnya : poliakrionitril, plivinil khlorida, polivinil asetat, rayon asetat,rayon triasetat.
3. Pemintalan Cara Lelehan (Melt Spinning), Dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan polimer yang diperoleh dari pemanasan serpih polimer, lelehan polimer disuapkan dengan tekanan dengan kecepatan tetap melalui lubang-lubang spinneret, yang pada saat pendinginan akan memadat. Filamen yang keluar akan membentuk satuan benang  yang kemudian digulung. Contohnya : nylon dan polyester.
Pada setiap pemintalan diatas akan mengalami proses lanjutan yaitu :
a.     Proses penarikan berfungsi untuk mengatur diameter filamen dan menaikkan derajat orientasi molekul-molekul polimer dan kristalitas serat.
b.     Pengeringan berfungsi untuk serat dapat digunakan untuk benag pintal dan lainnya.
III.            MESIN-MESIN PEMINTALAN
A.   MESIN BLOWING
Pada proses pemintalan serat staple atau serat pendek maka bahan yang akan diproses harus melalui proses blowing karena bahan baku serat pendek tersebut dikemas dalam bentuk bal yang merupakan serat-serat pendek yang dipadatkan dan berbentuk kotak. Oleh karena itu maka serat serat yang menggumpal harus diurai atau dibuka terlebih oleh mesin blowing . Adapun  tujuan proses blowing adalah :
a.        Mencampur serat
b.        Membuka gumpalan-gumpalan serat.
c.        Membersihkan kotoran-kotoran
d.        Membuat gulungan lap
Untuk melakukan fungsi tersebut maka mesin blowing terdiri dari beberapa mesin yang dirangkaikan menjadi satu.


A.   MESIN CARDING
Secara singkat, tujuan dari mesin  Carding adalah :
a.   Membuka gumpalan – gumpalan serat lebih lanjut , sehingga serat – seratnya terurai  satu sama lain.
b.    Membersihkan kotoran – kotoran yang masih ada didalam gumpalan – gumpalan serat atau yang tersangkut sejauh mungkin.
c.    Memisahkan serat – serat yang sangat pendek dari serat – serat panjang (main fibre).
d.    Membentuk serat – serat tersebut menjadi sliver , dengan arah serat ke sumbu dari sliver.
Prinsip Mesin Carding
Proses carding dilakukan dengan melewatkan lapisan atau gumpalan serat diantara dua permukaan yang menyerupai parut kawat yang bergerak dengan kecepatan yang berbeda. Dengan demikian maka gumpalan – gumpalan serat tersebut akan tergaruk dan terurai. Karena jarak antara kedua permukaan itu sengat dekat, maka gumpalan – gumpalan kapas tersebut akan  membentuk lapisan serat yang tipis dan tersebar pada permukaan, dengan letak  serat  mengarah ke arah gerakan permukaan.
Pada dasarnya , ada dua gerakan  pokok pada mesin Carding yang dilakukan oleh permukaan seperti parut yaitu Carding action (Gerakan penguraian ) dan Stripping action ( gerakan pengelupasan dan pemindahan ). Perbedaan antara kedua gerakan ini terutama ditentukan oleh ujung yang tajam dan arah serta kecepatan permukan kawat tersebut.
Gerakan Penguraian ( Carding Action ), terjadi bila dua permukaan yang dilapisi jarum dengan arah yang berlawanan dan bergerak dengan kecepatan yang berbeda , dengan arah putaran yang sama. Silinder dengan kecepatan yang tinggi dan flat dengan kecepatan yang lambat. Juga terjadi antara silinder dengan kecepatan yang tinggi dengan doffer yang kecepatan relatih lebih lambat.
Gerakan pemindahan / pengelupasan ( Strippinng Action ), Gerakan pemindahan/pengelupasan terjadi bila dua permukaan yang dilapisi jarum – jarum dengan arah yang sama bergerak dengan kecepatan yang berbeda (lambat dan cepat) dengan arah gerakan yang sama,sehingga bagian yang tajam dari jarum pada permukaan yang bergerak cepat  , seakan – akan menyapu bagian yang tumpul dari jarum pada permukaan yang dilaluinya. Proses Stripping Action ini terjadi antara Taker – in dengan Silinder dan Doffer dengan Doffer comb. Dalam hal ini kecepatan silinder ralatif lebih besar  dari kecepatan  Taker – in, sehingga seakan serat berpindah ke permukaan silinder. Gerakan Stripping Action ini juga terjadi antara doffer dan doffer comb.
B.   MESIN DRAWING
Pada prinsipnya mesin drawing merupakan proses peregangan pada bahan yang berupa sliver sehingga bahan tersebut setelah mengalami proses drawing akan mengalami pengecilan bahan, pensejajaran atau pelurusan serat, perangkapan dan pencampuran bahan. Selain itu tekukan tekukan yang dialami serat karena proses carding akan kembali diluruskan pada proses ini.
Adapun  tujuan proses drawing secara umum adalah :
·        Meluruskan dan mensejajarkan serat-serat dalam sliver ke arah sumbu dari sliver
·        Memperbaiki kerataa berat per satuan panjang, campuran atau sifat-sifat lainnya dengan jalan perangkapan.
·        Menyesuaikan berat sliver per satuan panjang dengan keperluan pada proses berikutnya
Susunan Mesin Drawing
Mesin drawing terbagi tiga bagian utama yaitu :Bagian penyuapan, bagian peregangan dan bagian penampungan.

Prinsip Kerja Mesin Drawing :
Karena berfungsi sebagai perangkapan dan pencampuran maka untuk bahan baku mesin drawing memerlukan beberapa buah Can (1) kurang lebih 6 yang berisi sliver hasil Carding atau Combing ditempatkan di bagian belakang mesin drawing, kemudian masing-masing sliver (2) dilalukan pada garpu pengantar sliver (3) terus melalui pasangan rol penyuap (4) dan sendok pengantar sliver (5), traverse (6) sliver yang dapat begerak sendiri ke kiri dan ke kanan. Selanjutnya semua sliver di suapkan barsama-sama kepada keempat pasangan rol-rol peregang (7,8) dimana terdapat apron pembersih (9) .karena kecepatan permukaan rol-rol peregang berturut-turut makin cepat, maka kapas tersebut akan mengalami penarikan dan peregangan yang biasanya berkisar 6 sampai 8 kali, sehingga sebagian besar serat-serat menjadi lurus dan sejajar ke arah sumbu sliver.
Karena adanya penarikan dan peregangan, maka sliver yang keluar dari rol depan akan berukuran kurang lebih seperti sliver yang disuapkan. Sliver drawing (10) yang keluar dari rol depan masing-masing berbentuk seperti pita yang berdampingan satu sama lain melalui pelat penampung (11) terus disatukan melalui terompet (12), rol penggilas (13), coiler (14) dan ditampung ke dalam can (15) yang berputar diatas turn table seperti halnya pada mesin carding.

A.   MESIN COMBING
Pada mesin combing terjadi proses penyisiran serat, sehingga serat-serat pendek berikut kotorannya dapat dipisahkan, ujung-ujung serat yang tertekuk diluruskan dan letak serat-seratnya menjadi sejajar satu sama lainnya. Dengan demikian lap yang telah mengalami proses combing, hasilnya berupa sliver yang panjang seratnya relatif sama, lebih bersih dari kotoran dan relatif sejajar letaknya, sehingga pada proses drawing drafting seratnya dapat lebih mudah. Agar penyisiran di mesin combing dapat berhasil baik dan efisien, maka sliver hasil carding perlu mengalami proses peregangan pendahuluan pada mesin pre-drawing atau sliver lap, agar serat-seratnya menjadi agak lurus untuk disisir. Agar proses penyisiran lebih cepat, maka sliver tesebut perlu dirubah bentuknya menjadai lap-lap kecil pada mesin bobbin lap atau lap former. Untuk memperoleh hasil lap yang rata maka beberapa jajaran sliver dirangkap menjadi satu sebelum digulung menjadi lap kecil.
Mesin Combing merupakan Mesin perantara mesin Carding dan Drawing. Fungsi dari mesin Combing adalah :
·      Memisahkan kotoran-kotoran yang masih terdapat pada sliver hasil mesin Carding.
·      Memisahkan serat-serat pendek dengan panjang tertentu, dengan tujuan untuk memperbaiki kerataan panjang serat.
·      Meluruskan dan mensejajarikan serat yang lebih baik, sehingga proses regangan pada proses berikutnya dapat dilakukan dengan mudah.

B.   MESIN ROVING
Setelah mengalami proses peregangan, perangkapan, pensejajaran dan pelurusan serat pada mesin drawing maka serat yang dalam bentuk sliver diproses pada mesin roving. Serat-serat yang telah sejajar lurus dan rata hasil dari proses drawing sebelum dibuat menjadi benang harus melewati proses roving, karena pada mesin ini sliver akan mengalami pengecilan diameter (peregangan), pemberian sedikit antihan, penggulungan dalam bobin yang sesuai dengan proses selanjutnya (proses ring spinning). Sehingga fungsi atau tujan dari proses roving adalah :
·        Peregangan (drafting) pada sliver sehingga diameternya mengecil dan serat lebih sejajar
·        Pemberian antihan (twisting) pada sliver roving untuk meningkatkan kekuatan tarik pada saat peregangan di proses ring spinning
·        Penggulungan (winding) sliver roving pada bobin yang sesuai untuk proses selanjutnya (ring spinning).
Peregangan (drafting), Peregangan dilakukan oleh 3 (tiga) pasang rol peregang. Terjadinya regangan karena terdapat perbedaan kecepatan permukaan dari rol depan (front roll) lebih besar dari pada kecepatan permukaan rol belakang (back roll). Akibatnya sliver berubah menjadi lebih kecil. Pada mesin roving tidak terjadi perangkapan sehinga sliver yang dihasilkan tetap mempunyai diameter yang kecil. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pada saat peregangan sliver roving menjadi benang pada mesin ring spinning
Pemberian Antihan (twisting), Antihan pada roving terjadi akibat perbedaan kecepatan putaran antara rol peregang depan dengan putaran spindle (flyer). Pada proses ini sliver diberi antihan bertujuan untuk memberi kekuatan tarik pada sliver walaupun jumlah antihan yang diberikan tidak terlalu besar.
Pengulungan (winding), Penggulungan terjadi karena kecepatan putar bobin yang lebih besar daripada kecepatan putar spinle flyer. Walaupun arah putaran spindel dengan bobin sama tetapi karena bobin berputar lebih cepat maka spindel akan diam relatif terhadap bobin.

A.   MESIN RING SPINNING
Mesin Spinning merupakan lanjutan dari mesin roving yang akan merubah sliver roving menjadi benang yang diinginkan. Agar proses pada mesin spinning berjalan dengan baik dan tidak mengalami kesulitan maka pemberian antihan pada mesin roving diberikan secukupnya / tidak boleh terlalu banyak. Sebab pada waktu peregangan pada mesin spinning dimana pembukaan  antihan sliver roving menjadi serat-serat yang dilakukan tidak akan mengalami kesulitan.
Proses pada mesin Spinning terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
1.Drafting (peregangan), Proses penarikan serat-serat yang terjadi antara dua titik jepit pasangan rol-rol yang berputar. Dimana kecepatan rol penariklebih cepat daripada rol pendorongnya. Dan kecepatan rol peregang depan lebih cepat daripada rol peregang belakang, sehingga terjadi prosses peregangan. Tujuan dari peregangan adalah untuk mendapatkan nomer benang tertentu.
2.Twisting (pemberi antihan), Merupakan syarat penting dalam pembuatan benang, karena sangat menentukan kekuatan benang. Tujuannya adalah memberi sejumlah antihan pada benang sesuai dengan nomer benang yang dipintal. Pada ring spinning twist terjadi karena ujung benang bagian atas seolah-olah dipegang oleh pasangan rol peregang depan  dan bagian bawahnya diputar oleh traveler.
3.Winding (penggulungan), Terjadinya pengguluangan benang pada kain karena putaran traveler lebih kecil daripada putaran spindle.

A.   MESIN OPEN END SPINNING
Pada pemintalan sistem open end pembentukan benangnya mengalami pemutusan kontinuitas antara bahan baku dengan bahan yang dihasilkan. Penyuapan dalam sistem ini dilakukan dalam bentuk serat-serat individu yang terbuka. Serat-serat yang disuapkan tadi akan disusun kembali pada alur pengumpulan dilakukan dengan aliran udara. Oleh karena itulah terjadi pemutusan bahan antara bahan yang disuapkan dengan benang yang dihasilkan.
Penyuapan Bahan, Penyuapan bahan dilakukan oleh rol penyuap seperti lazimnya dan dapat di atur kecepatannya. Bahan yang disuapkan oleh rol penyuap tadi diuraikan menjadi serat-serat individu oleh penyisir (comber rol). Pembentukan benang akan terjadi dengan terkumpulnya serat-serat yang disuapkan tadi pada alur pengumpul serat.
Penyisiran Serat, Penyisiran serat ini dilakukan oleh rol penyisir, yaitu suatu peralatan berbentuk seperti taker in pada mesin carding. Oleh rol tersebut serat-serat dari sliver diuraikan menjadi serat-serat individu. Penyisiran rol penyisir ini akan membantu mengarahkan kedudukan serat-serat sehingga dalam perjalanan maupun dalam penyusunan kembali serat-serat tersebut akan lebih teratur.
Pengumpulan Serat dalam Rotor, Penyusunan kembali serat-serat individu pada alur pengumpul serat merupakan permulaan pembentukan benang. Serat-serat tiba pada dinding rotor secara tangensial dan pengambilan serat-serat tersebut sesudah menjadu benang dilakukan secara aksial melalui bagian tengah dari dinding pemisah.
Pemberian Antihan, Dalam kecepatan putaran rotor yang tinggi, cincin serat berbentuk pita yang melingkar pada alur serat dalam rotor dapat dikatakan belum mempunyai antihan meskipun sudah merupakan rangkaian serat-serat yang berukuran kehalusan benang tertentu. Jika kedalam rotor, melalui lubang di tengah-tengah dinding pemisah (separator) dimasukan benang pemancing maka ujung benang pemancing itu akan terputar dan menempel pada cincin serat. Oleh adanya putaran ujung benang tadi maka akan terjadi gaya puntir pada benang pemancing tersebut.
Penggulungan Benang, Penggulungan benang dilakukan oleh rol penggulung beralur dalam bentuk cheese dan ukuran besar sesuai dengan keperluan. Hal ini dilakukan demikian karena penggulungan ini terpisah sama sekali dengan proses pemberian antihan sehingga tidak mempengaruhi proses tersebut.

A.   PROSES REELING SUTERA
Serat sutera diambil dari larva ulat sutera Bombyx Mori dan Tusah. Bentuk serat sutera adalah filament protein dengan komposisi penting adalah Fibroin sebagai serat 76% dan serisin sebagai pelindung/lapisan 22%. Sutera merupakan serat filament yang halus, berkilau dan bening. Satu kepompong dapat menghasilkan serat sepanjang 300-600 meter.
Secara umum mutu sutera ditentukan oleh : kehalusan, kebersihan, kerataan dan kekuatan. Sifat-sifat serat sutera adalah sebagai berikut :
ü  Kekuatan kering 4-4,5 g/d dan mulur 20-25%.
ü  Kekuatan basah 3,5-4 g/d dan mulur 25-30%.
ü  Pemanasan pada suhu lebih dari 140 oC dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan dengan turunnya kekuatan.
ü  Ultraviolet misalnya sinar matahari selama 6 jamakan mengurangi kekuatan sampai 50%.
ü  Pendidihan dalam air akan menurunkan kilau dan kekuatan.
ü  Lebih mudah rusak oleh asam daripada wol termasuk keringat yang bersifat asam.
ü  Tidak tahan alkali seperti pencucian yang mengandung alkali maka kekuatannya akan turun.
ü  TIdak tahan oksidator (kaporit),Kuproamonium hidroksida, Kuprietilena diamina.
ü  Moisture regain (MR) adalah 11% dengan daya serap air udara lembab kira-kira 30% tanpa terasa basah.
ü  Lebih tahan serangan biologi.
ü  Lembut, tahan kusut, dan kenampakan sangat baik.
PROSES REELING SUTERA
Urutan  proses Reeling sutera :
F   Mempersiapkan kokon yang akan di-Reeling.
F   Membersihkan kokon yang akan di-reeling dengan mesin pembersih.
F   Merebus kokon-kokon sutera pada panci perebus yang besar pada suhu 90 oC sampai kokon-kokon tersebut terendam secara keseluruhan dalam air.
F   Memindahkan kokon-kokon yang sudah dimasak ke dalam bak lain untuk dicari ujung seratnya. Bak bersuhu 40 oC.
F   Mencari ujung serat sutera pada setiap kokon dengan menggunakan sikat.
F   Memindahkan kokon pada bak pada mesin reeling.
F   Melakukan twisting pada beberapa helai serat sesuai dengan jumlah yang diinginkan.
F   Mencucukkan serat sutera pada mesin reeling sutera dengan bantuan menggunakan helai sapu ijuk.
F   Menjalankan mesin reeling sutera
DISKUSI
Pada saat akan melakukan proses reeling sutera hal yang perlu diperhatikan adalah memilih kokon yang kualitasnya masih baik. Selanjutnya adalah mempersiapkan kokon untuk dimasak. Pamasakan kokon sutera ini berlangsung pada suhu 90 oC selama kurang lebih 20 menit. Setelah masak,kokon-kokon ini dipindahkan dalam bak lain bersuhu sekitar 40 oC untuk dicari ujung seratnya dengan menggunakan sikat. Kemudian dilakukan twisting pada serat sutera tersebut sesuai dengan jumlah yang diinginkan. Kokon ini kemudian dipindahkan lagi pada bak mesin reeling untuk segera di-reeling.
Sebelum di-reeling dilakukan pencucukan terlebih dahulu pada mesin reeling, selanjutnya serat-serat sutera ini direeling sampai fibroin pada kokon habis dan kemudian dilakukan penyambungan dengan serat yang baru. Kesulitan yang dihadapi relative tidak ada karena mesin reeling merupakan mesin yang mudah untuk dijalankan. Kesulitan yang mungkin timbul saat melakukan proses reeling adalah pada saat melakukan pencucukan serat. Proses pencucukan ini memerlukan bantuan helai dari sapu ijuk untuk membantu memasukkan serat kedalam rol mesin reeling.
KESIMPULAN
Proses reeling untuk serat sutera merupakan suatu proses yang relative mudah untuk dilakukan. Persiapan dan proses pengerjaannya sendiri tidak membutuhkan waktu yang lama. Proses reeling ini dilakukan sebelum serat sutera mengalami proses persiapan pertenunan.
B.       DAFTAR PUSTAKA
Pawito S. Teks,dkk.  Teknologi Pemintalan II, Institut Teknologi Tekstil.  1975. Bandung.






No comments:

Post a Comment