KENAIFAN
KAUM MUSLIMIN
Oleh
: Azyumardi Azra
Sumber
: Harian Republika
Kamis,
20 September 2012 / 4 Djul Qaidah 1433 H
Saya menonton trailer
sepanjang 13 menit film Innocence of
Muslims di situs You Tube yang
belum di blokir, di Hotel Sheraton Stockholm. Sehari sebelumnya ( 11 September
2012-bertepatan dengan peringatan 11 tahun Peristiwa 11 September 2001 ), Dubes
AS untuk Libya, J Cristopher Stephen, tewas bersama tiga stafnya di Konsulat AS,
Bengazi, Libya Timur.
Mereka menjadi korban amuk massa Libya-menurut berbagai
Laporan berbagai media ada di bawah komando kelompok Salafi ‘Anshar
al-Syari’ah’-sebagai reaksi atas film yang di buat di AS, yang jelas-jelas
menghina Nabi Muhammad dan Islam.
Menonton
trailer film yang judulnya bisa di
artikan sebagai ‘Kenaifan Kaum Muslimin’, saya juga sangat marah, tapi segera
saya beristighfar untuk mengendalikan kemarahan. Apa yang di lakukan dan
dikatakan sosok aktor yang disebut di dalam film itu sebagai ‘Muhammad’ tidak
bisa dilukiskan di sini karena tidak pantas sama sekali.
Namun,
satu hal sudah jelas, film yang terlihat amatiran itu secara vulgar menghina
Rasulullah SAWdengan penggambaran yang nyata didorong nafsu kebencian, dendam,
permusuhan para pembuat film dan aktornya daripada motif lain- kalaupun ada
motif lain tersebut. Film itu jelas merupakan insinuansi dan provokasi sangat
murahan utuk memancing kemarahan kaum muslim, yang jika tidak terkontrol, bisa
dimanfaatkan kelompok garis ultra-radikal Salafi yang dapat mengorbankan berbagai
kepentingan kaum Muslim dan Islam, termasuk tewasnya sejumlah Muslim alam
demonstrasi anarkis di berbagai tempat di Dunia arab dan Asia selatan.
Film
itu memperhadapkan setidaknya empat kalangan masyarakat dunia ke dalam konflik.
Pertama, kaum Muslim yang menjadi korban penghinaan dan pelecehan karena figur
Nabi Muhammad yang sangat dihormati dan dijunjung tinggi telah dinistakan.
Kedua,
adalah Pemerintah AS di mana film itu dibuat, konon di California; karena
dianggap membiarkan pembuatan dan beredarnya film tersebut bisa jadi atas nama
kebebasan berekspresi.
Di
tengah pertarungan menjelang pilpres November nanti, masalah ini segera menjadi
isu politik panas di antara capres Republik, Mitt Romney, dan Presiden incumbent dari Partai Demokrat, Barack
Obama.
Ketiga,
kalangan masyarakat Kristen ekstremis AS, karena trailer itu diunggah atas nama
Pendeta Terry Jones yang menjadi terkenal karena kekejiannya membakar Al-Qur’an
di Florida. Dengan promosi film itu, Pendeta Jones sekaligus memaklumkan 11
September sebagai ‘Hari Pengadilan terhadap Muhammad’.
Celakanya
lagi, klip film itu juga dipromosikan oleh Moris Sadek, warga Mesir pengikut
Gereja Koptik. Pihak Gereja Koptik mengecam Sadek sebagai ekstremis yang tidak
bertanggung jawab dan tidak mewakili kaum Koptik Mesir.
Keempat,
Israel dan masyarkat Yahudi, karena film itu dibuat seseorang yang mengaku
Yahudi ekstremis yang dalam wawancara dengan The Wall Street Journal menyebut dirinya bernama ‘Sam Bacile’. Ia
menyatakan mengumpulkan dana sebesar 5 juta Dolar dari 100 pengusaha Yahudi
untuk pembuatan film tersebut guna menghadapi Islam yang diseutnya sebagai
penyakit Kanker.
Atas
alasan itu, ia membuat film tersebut tahun lalu selama tiga bulan dengan
mengerahkan 59 akto dan 45 kru. Tetapi, catatan kependudukan Negara Bagian
Kalifornia tidak menemukan data ‘Sam Bacile’. Belakangan diketahui ‘Sam Bacile’
adalah Nakoula Basseley, seorang Kristen koptik.
Sementara
itu, Pemerintah Israel melalui Jubir Kementrian Luar Negeri, Yigal Palmor,
menyatakan ‘Sam Bacile’ alias Basseley tidak dikenal di lingkungan dunia
perfilman Israel. Segala sesuatu yang dia buat tidak dilakukan untuk Israel,
atau dengan Israel, atau melalui Israel.”Pembuat film itu adalah a complete loose cannon and unspeakable
idiot”.
Apa
pun penjelasan, apologi, dan kecaman Pemerintah Israel dan AS serta petinggi
Gereja Koptik Mesir, kerusakan telah dihasilkan film itu yang susah diperbaiki
dalam waktu dekat. Ia berhasil memprvokasi umat Islam di berbagai tempat.
Ketegangan kini meningkat kembali di antara kaum Muslim di satu pihak dan
AS-Israel di pihak lain. Di Mesir, film ini juga meningkatkan ketegangan
kalangan Muslim versus warga Koptik, yang dalam beberapa tahun terakhir
melibatkan kekerasan.
Bagaimana
seharusnya sikap kaum Muslim terhadap film tersebut? Jelas, kaum Muslim patut
dan boleh marah, tetapi mesti tetap terkendali. Kemarahan itu juga
diekspresikan kalangan umat beragama lain. Agaknya tidak ada pemimpin dan umat
beragama yang tulus dan toleran dapat menerima penistaan terhadap Nabi dan
agama manapun. Karena itu, umat Islam hendaknya tidak memusuhi umat beragama
lain.
Penghinaan
dan penistaan terhadap Nabi Muhammad dan Islam bukan hal baru. Bahkan ketika
Rasulullah masih hidup dan dalam sejarah Islam selanjutnya, hampir selalu ada
pihak yang sengaja meista dan melecehkannya. Sejarah juga menunjukan, semua
penistaan itu tidak dapat menghentika derap laju langkah Islam di muka bumi.
Dari
sudut ini, berbagai kasus pelecahan itu merupakan ujia keimanan dan kesabaran
bagi kaum Muslim. Keimanan semestinya tidak goyah karena kebohongan dan
penistaan pihak lai terhadap Nabi Muhammad dan Islam. Umat Islam seyogyanya
dapat mengambil hikmah dari kasus semacam itu; mendorong upaya lebih serius
menegakkan citra Nabi Muhammad dan Islam yang sesungguhnya. Jika kaum Muslim
dalam ekspresi kemarahan tergelinci ke dalam anarkisme, itu bisa memperlihatka
‘kenaifan kaum Muslimin’ seperti diinginkan pembuat film yang uncivilized tersebut.
No comments:
Post a Comment